web analytics
header

The World of Deidamia

Cerpen_Elm_Pin
Sumber: Eksepsi Online

PART VIII (END)

Sudah setahun berlalu sejak kejadian itu. Malam ini, di tempat yang sama. Di depan telaga Jocasta. Pertunjukkan air cahaya kembali diberlangsungkan. Seorang gadis cantik yang hari ini berusia 20 tahun tersenyum manis. Ia Putri Lheora, ah ralat- Ratu Lheora.

Riuh tepuk tangan terdengar ketika pertujukkan air cahaya itu selesai.

“Selamat ulang tahun yang mulia Ratu.”

“Terima kasih Putri Grisella. Sungguh itu pertunjukkan air cahaya terbaik yang pernah aku saksikan.”

“Terima kasih kembali Ratu. Saya hanya memenuhi janji saya setahun yang lalu.”

“Aku berharap bisa menyaksikannya lagi, dan itu dilakukan di kerajaan Oceana.”

“Kerajaan Oceana pasti dengan senang hati menjamu Ratu. Oh yah, kemana perginya Putri Arnetha?”

“Entahlah, mungkin sedang menggoda pangeran-pangeran dari kerajaan lain.”

“Anda benar Putri.”

Mereka berdua terkekeh, tahu betul kebiasaan Putri Arnetha yang suka menggoda para pangeran.

“Dengan sihirnya, ia pasti bisa menjerat pangeran manapun yang ia inginkan. Semuanya akan bertekuk lutut.”

“Kecuali aku,” sahut suara bariton pria.

Kedua gadis itu menoleh, menatap datar seorang pria tampan bernetra biru laut yang baru saja datang.

“Kau mengagetkan kami kak.”

“Kakak?”

“Iya Putri. Pria tak tahu diri ini adalah kakakku.”

“Perkenalkan yang mulia Putri Mahkota, saya pangeran Sheraga dari kerajaan Oceana.”

Putri Lheora terpaku. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya. Ia merasa ada sengatan di hatinya. Ia pun bisa mencium aroma yang berbeda dari pangeran Sheraga, aroma yang hanya bisa seorang Demon rasakan ketika bertemu dengan matenya.

“Saya turut berduka cita atas meninggalnya Raja Athos dan Ratu Zelda setahun yang lalu. Saya tidak sempat hadir waktu itu, saya diutus oleh ayahanda ke perbatasan. Padahal begitu senang bisa bertemu Raja dan Ratu. Saya cukup dekat dengan mereka, mereka berdua orang yang baik.”

“Terima kasih pangeran.”

“Saya sangat merasa terhormat jika Ratu ingin berdansa bersama saya,” ujar Pangeran Sheraga dengan senyum yang teramat manis.

Lheroa tersenyum sembari menerima uluran tangan Pangeran Sheraga. Ketika menggenggam tangan kekar itu, tiba-tiba ingatannya terbawa pada ucapan ibundanya setahun yang lalu, tepat sehari sebelum perayaan ulang tahunnya yang ke 19.

“Ibunda harap, semua yang terjadi esok hari, jangan pernah menyalahkan takdir atau siapapun. Percayalah, semuanya punya sisi baik. Jangan biarkan rasa benci bersarang di dadamu. Jadilah pemimpin yang bijaksana, tidak memihak satu kaum. Tapi mempersatukan semua kaum. Satukan semuanya kembali Lheora, jangan pernah ada perpecahan. Dan ingat. Cinta sejati tak pernah salah orang. Mungkin kamu yang akan ditujukan pada orang yang keliru. Tapi percayalah, takdir akan selalu membawamu ke orang yang tepat. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti, bisa jadi satu tahun lagi.”

“Semoga Ratu Zelda tidak salah memilihku untuk menjagamu Lheoraku.”

Putri Lheora tersenyum. Ia sudah paham maksud pangeran Sheraga.

“Mau berjalan-jalan?” ajak Pangeran Sheraga.

“Kemana?”

“Aku melihat sungai dengan air yang begitu indah di sisi kiri kerajaan. Di sana sangat damai. Pasti kau menyukainya.”

Putri Lheora tersenyum simpul. Ibundanya memilih pria yang tepat.

Kedua orang itu berjalan bergandengan menuju sisi kiri kerajaan. Dari kejauhan Putri Lheora melihat menara sedangkan Pangeran Sheraga melihat sungai. Dua orang itu berbeda. Dua orang itu, orang yang sama-sama jatuh cinta pada pandang pertama.

Related posts:

Surat untuk Wiras

Oleh: El Duhai Wiras Merah Mathari, kekasihku. Ras, masihkah kau merajuk? Kenapa mata kau sungkan menatapku? Ayolah, aku berjanji tak

Suara Hati Pusara

Oleh: Fadlin Yunus Halimah dengan muka menunduk, duduk di hamparan tanah seluas 800 meter persegi. Dengan mata sembab ia memegang

DESEMBER KESEKIAN

Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar & A. Wafia Azzahra Makin perih namun teriris Semakin diam semakin sakit Lelah batin Ingin mati