web analytics
header

Sekolah Laskar Pelangi

Oleh: Ainil Ma'sura

Selamat pagi!

Selamat menikmati kopi susu  dan  cake mahal

Di ruangan mahal mu

            Selamat pagi!

            Dan maaf kusebut bangunan itu sekolah laskar pelangi

Selamat pagi!

Jangan hanya menonton TV dan melihat siapa lagi lawan politikmu besok

Coba tengok sekolah laskar pelangi itu

            Selamat pagi!

            Saya tidak yakin kau tahu siapa di balik bangunan itu

            Baiklah, kuceritakan sedikit padamu

Kusebut itu sekolah laskar pelangi

Di dalam ada puluhan tonggak masa depan bangsa

Maaf mereka sepertinya lebih mulia dari mu

            Di dalam ada puluhan jiwa yang punya sedikit hak

            Untuk sekolah dengan lebih layak

            Di dalam ada jutaan semangat pahlawan bangsa

            Untuk mereka meraih asa

Selamat pagi!

Aku pun ingin menceritakan siapa laskar pelangi itu

Anak-anak yang punya asa besar untuk hidupnya dan hidup bangsanya

Dahri, Rival, Baso, Rais, dan Cinrara

Laskar pelangi yang terlahir di sudut desa yang tak terlirik

Oleh mereka yang berbaju mewah

            Selamat pagi!

            Kuceritakan sedikit lagi tentang sekolah laskar pelangi itu

            Kemampuan luar biasa mereka tak terasah dengan baik

            Fasilitas?

            Tak terlintas di pikiran mereka menuntut fasilitas mewah

            Seperti yang dinikmati anak-anak kalian di sekolah mewahnya

            Mereka hanya tahu belajar dengan apa adanya dan punya cita-cita

Selamat pagi!

Jangan  marah karena kusebut bangunan itu

Sekolah laskar pelangi

Nikmatilah lagi kopi dan cake itu

Aku hanya singgah untuk sedikit bercerita padamu

Entah, nanti engkau akan tetap diam atau berbalik dan melihat bangunan itu

Sekolah laskar pelangi

Sekolah dengan sejuta asa anak-anak bangsa

Yang terdiskriminasi oleh dunia pendidikan.

Makassar, 15 September 2014

(Sedikit Catatan KKN 87, mengingatkan saya pada sebuah sekolah tempat mengajar selama KKN, puluhan anak Desa Baringeng dan sejuta ekspektasi mereka akan masa depan)

Related posts:

DESEMBER KESEKIAN

Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar & A. Wafia Azzahra Makin perih namun teriris Semakin diam semakin sakit Lelah batin Ingin mati

Pemangsa Peradaban

Penulis: Verlyn Thesman (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Mau seperti apakah kaumku? Nyaman sudah tak pernah kami alami Tertutup tak tertutup

Temu

Penulis: Wriftsah Qalbiah (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Semilir rindu menaungi langkahku, Membawaku pada ruang sepi yang menanti sebuah temu. Bayangmu