Oleh: Muhammad Fauzan MB
Ragu menyerupai kabut yang mengunci pandangan, menyisakan langkah-langkah kecil yang gemetar menuju arah yang tak pasti.
Getar hatiku kerap ditimbang dunia, diletakkan di neraca yang seolah selalu condong pada kekurangan.
Bisikanmu menunda keruntuhan, menyulap gelisah menjadi langit yang tenang di dalam dadaku.
Dekapanmu menjadikan kekosongan berwujud rumah, tempat segala takut akhirnya menemukan nama.
Kehadiranmu menjawab pertanyaan yang tak pernah selesai, membuat segala keraguan runtuh tanpa perlawanan.
Cinta ini berdiri di atas penerimaanmu, serta di antara segala hal yang meragukan
Aku menemukan diriku diterima sepenuhnya olehmu.
Terima kasih telah menerima segala rapuhku, menahannya seolah bagian dari indahmu.
Terima kasih karena tak pernah melepaskan, bahkan ketika dunia menawarkan seribu alasan untuk menyerah.
Cinta ini akan tinggal, hingga sisa napas terakhir menjelma debu, tetap bersama, selamanya.
Bila debu akhirnya kembali pada tanah
izinkan cintaku menetap di sisimu lebih lama dari usia.
Tak ada yang lebih kuinginkan selain terus menjadi saksi
bahwa dalam hidup yang singkat
Aku dan mungkin Kamu memilih untuk selamanya.