Oleh : Ainil Ma’sura
Kupandangi ejaan lontarak di setiap helai demi helai
Lembaran-lembaran kusam, berdebu
Tak sedikit yang berpaling..
Lontarak bermakna tapi terasingkan, terasing di peraduan sendiri
Pemuda entah kemana?
Lupa akan helaian-helaian bermakna
Deret demi deret lontarak berdebu..
Hujan Makassar begitu deras, khawatir
Lontarak ku tercinta, apakah akan terhapus oleh hujan itu?
Kala Makassar panas, terik, menyengat, cemas
Lontarak ku tercinta, akankah hangus terbakar oleh panas yang menyengat itu?
Khawatirku, akankah jadi khawatirmu juga?
Cemasku, akankah jadi cemasmu juga…?
Melangkah tertatih, berharap budayaku tak sekedar hanya jadi budayaku sendiri
Ini Indonesia kawan, bukan Sulawesi, Jawa, Sumatera, Kalimantan ataupun Papua
Coba dengar dan rasakan jeritan lontarak berdebu ku
Menulislah denganku wahai pemuda!
Menulislah denganku kawan!