web analytics
header

Menulislah Denganku, Kawan!

Oleh : Ainil Ma’sura

Kupandangi ejaan lontarak di setiap helai demi helai

Lembaran-lembaran kusam, berdebu

Tak sedikit yang berpaling..

Lontarak bermakna tapi terasingkan, terasing di peraduan sendiri

Pemuda entah kemana?

Lupa akan helaian-helaian bermakna

Deret demi deret lontarak berdebu..

Hujan Makassar begitu deras, khawatir

Lontarak ku tercinta, apakah akan terhapus oleh hujan itu?

Kala Makassar panas, terik, menyengat, cemas

Lontarak ku tercinta, akankah hangus terbakar oleh panas yang menyengat itu?

Khawatirku, akankah jadi khawatirmu juga?

Cemasku, akankah jadi cemasmu juga…?

Melangkah tertatih, berharap budayaku tak sekedar hanya jadi budayaku sendiri

Ini Indonesia kawan, bukan Sulawesi, Jawa, Sumatera, Kalimantan ataupun Papua

Coba dengar dan rasakan jeritan lontarak berdebu ku

Menulislah denganku wahai pemuda!

Menulislah denganku kawan!

Related posts:

Ia

Oleh: Nona Ia hanya teman lama datang tiba-tiba, tanpa aba-aba di saat hati masih belajar lupa tanpa banyak kata ia

Arshynta

Oleh: Muhammad Fauzan MB Ketika modernisme menulis tentang distopia dan postmodernisme membantainya dengan relativisme aku masih mencari kata yang pas

Biru

Oleh: Juwa (Pengurus LPMH-UH Periode 2024/2025) Ia, sesosok biru yang tergambar pilu lewat sorot mata sayu yang ia miliki. Hening