web analytics
header

Tanah Papua

Oleh : Nurfaika Ishak
www.rebeccaandtheworld.com
Papua merupakan wilayah yang berada di ujung timur Indonesia yang konon katanya memiliki sumber daya alam terkaya di negeri ini. Ya, hal itu tidak dapat dibantah oleh siapapun. Kita dapat melihat kekayaan alam yang terkandung di perut bumi berupa emas, nikel, tembaga dan berbagai macam hasil tambang lainnya yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan kehidupan di muka bumi. Tak heran, perusahaan besar dari Amerika bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk mengeksplorasi dan tentunya juga mengeksploitasi kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Namun ketika kita berkunjung ke tempat ini, ungkapan yang langsung terlintas di pikiran kita ialah  “miris”. Bagaimana tidak, wilayah yang sejatinya memiliki kekayaan alam terbesar yang ada di Indonesia dan dari kekayaan tersebut “menyuapi” Indonesia untuk terus berjaya bahkan menyumbangkannya untuk negara asing, ternyata tidak mampu merangkul penduduk-penduduk aslinya sendiri. Hal ini terlihat jelas dari kehidupan masyarakat dari suku-suku asli Papua yang hampir semuanya tertinggal, mulai dari pendidikan sampai pekerjaan. Pendidikan untuk anak-anak Papua tidak semaju daerah lain seperti yang ada di kota-kota besar di Indonesia. Pekerjaan-pekerjaan yang bisa menjamin masa depan didominasi oleh masyarakat pendatang, sementara masyarakat asli belum banyak yang mampu menempati posisi tersebut. Mereka belum bisa mandiri dan sayangnya mereka juga belum diberikan fasilitas yang  sesungguhnya untuk menjadi daerah yang berkembang seperti Jawa yang indeks kemampuan sumber daya manusianya tinggi.

Terlebih saat ini, yang menjadi kepala daerah salah satu kabupaten di Papua bukanlah masyarakat asli. Memang hal ini tidak dapat dipersalahkan karena di konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945 dengan jelas diberikan payung hukum kepada siapa saja  yang ingin menjalankan pemerintahan dengan syarat mereka mampu untuk itu. Tetapi, ketika kita menempatkan posisi sebagai masyarakat asli, tentunya kita tidak ingin dipimpin oleh orang luar karena kita lebih mengenal dan lebih bisa mengerti kebutuhan masyarakat dan lingkungan di tanah kita sendiri. Bukannya ingin menulis artikel yang dapat memecahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, penulis hanya ingin memberikan gambaran tentang daerah yang bisa diibaratkan surga, tetapi masyarakatnya ditelantarkan.

Related posts: