web analytics
header

Perempuan Berdikari

Sumber: Berdikari Online

Sumber: Berdikari Online
Sumber: Berdikari Online

Muhammad Badai Anugrah

(Mahasiswa Fakultas Hukum UMI Angkatan 2012)

 

Selintas dari sejarah hari perempuan sedunia merupakan sebuah perjalanan panjang selama berabad lamanya dari kaum perempuan biasa dalam perjuangannya yang menorehkan sejarah. Perjuangan perempuan memang belum membuahkan kemerdekaan.

Di masyarakat Yunani Kuno, Lysistrata menggalang gerakan perempuan mogok berhubungan seksual dengan pasangan (laki-laki) mereka untuk menuntut dihentikannya peperangan. Lalu dalam Revolusi Prancis, perempuan di Paris berunjuk rasa menuju Versailles seraya menyerukan “Kemerdekaan, Kesetaraan, dan Kebersamaan” menuntut hak perempuan untuk ikut dalam pemilu.

Sementara itu, ide untuk memperingati Hari Perempuan Internasional sebetulnya telah berkembang sejak seabad yang lalu, ketika dunia industri ini sedang dalam masa pengembangan dan pergolakan, serta peningkatan laju pertumbuhan penduduk dan pemunculan paham-paham radikal.

Perempuan seringkali dilihat dan dinilai sebagai objek. Objektivikasi ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh orang tak dikenal yang sekedar mengomentari tubuh perempuan atau bahkan bisa menjadi sebuah pelecehan seksual.

Teori objektifikasi (Fredrickson & Roberts, 1977) mendalilkan bahwa banyak perempuan diobjektifikasi secara seksual dan diperlakukan sebagai objek yang dinilai berdasarkan kegunaannya bagi pihak lain dan seringkali secara tidak sadar kita jadi ikut menempatkan tubuh perempuan sebagai objek semata, memisahkan dari keutuhan perempuan dengan identitasnya. Konstruksi terhadap tubuh perempuan oleh masyarakat atau orang di luar dia akhirnya menjadi kontrol terhadap perempuan, terhadap kediriannya.

Identitas perempuan sering kali diidentikan dengan fisiknya, dengan kecantikan atau segala hal yang sudah dikonstruksikan oleh masyarakat tentang perempuan. Sering perempuan dilihat hanya dari tubuhnya, diinterpretasikan melalui penampakannya. Terkadang dijadikan simbol dan diperdagangkan entah itu yang terselebung atau terang-terangan dan seakan-akan itu demi kebaikan perempuan itu sendiri. Perempuan harusnya kritis soal ekonomi kekinian. Selalu merenungkan bahwa kritis itu harus bisa menyentuh aspek manusianya.

Perempuan punya banyak keinginan, keingintahuan terhadap sesuatu sangatlah besar, salah satunya tentang ekonomi. Perempuan harus punya kemerdekaan dalam dirinya tak cukup dalam hal politik, tapi juga dalam ekonomi.  Demi mengurangi konsumtifisme, dalam hal ini misalnya belajar tentang tatabusana bukan soal fashion ataupun gaya hidup, tapi soal pemberdayaan diri, minimal bisa membuat produk sendiri, tidak harus belanja di mall, ataupun ketergantungan pada olshop.

Perempuan jangan jadi alat kekuasaan. Kapital yang cuma bisa membeli, memakai, ataupun jadi buruh yang cuma dikuras tenaganya tapi tak diberdayakan sebagai manusia. Fokus pada sistem produksi. Perempuan harus bisa menguasai variabel alat produksi, ilmu pengetahuan produksi, sentral produksi. Menguasai ilmu produksi ialah salah satu jalan sosialisme untuk melawan segala kapitalisme global maupun kontemporer. Peringatan ini, dalam sejarah telah di torehkan dengan tetesan darah dan air mata perjuangan kaum perempuan.

 

Selamat hari perempuan sedunia

Salam kemuliaan untuk perempuan. 

Related posts:

Kiamat!! Kita Semua (Harus) Mati!

Resensi Film Silent Night (2021) Oleh: Muhammad Abi Dzarr Al Ghiffariy (Pengurus LPMH-UH Periode 2023/2024) Bayangkan, suatu hari pemerintah mengumumkan